Sabtu, 07 April 2012

Sejarah Homeschooling

Homeschooling (Hs) istilah ini mungkin jarang Anda dengar, tapisebenarnya proses Homeschooling yang berarti sekolah rumah, sudah diterapkan hampir oleh seluruh keluarga. Bukankah setiap anak mendapatkan pendidikan di rumahnya? Bagaimana sang ibu mulai mengajarkan anak berbicara, berhitung, bahkan membaca? Sebenarnya,disitulah proses Homeschooling dimulai. 

Hanya saja, proses pendidikan orang tua di rumah itu umumnya tak berlangsung lama. Saat anakmemasuki usia sekolah dasar, orang tua lebih banyak mengandalkansistem sekolah umum untuk perkembangan pendidikan anaknya.Jadi pendidikan bukanlah suatu hal yang baru. Sebelum ada sistempendidikan modern (sekolah) sebagaimana yang dikenal pada saat ini, pendidikan dilakukan dengan berbasis rumah, sistem magang adalahmodel pendidikan yang sangat dikenal oleh masyarakat.
Demikian puladengan belajar otodidak yang sampai sekarang masih dilakukan. Bahkanpara bangsawan zaman dahulu biasanya mengundang guru-guru privatuntuk mengajar anak-anaknya. Itulah jejak-jejak homeschooling padamasa dahulu.Sejak perkembangan revolusi industri, terjadi proses sistematisasipendidikan dan proses belajar.
Perkembangan filsafat dan ilmupengetahuan serta usaha untuk memaksimalkan proses pembelajaranselama berabad-abad menghasilkan sebuah evolusi sistem pendidikanyang kita kenal Sebagai sekolah sebagai institusi modern, sekolah adalahsolusi untuk mengatasi keterbatasan kelurga dalam mendidik anaknya secara sadar dan terencana walaupun sekolah menjadi institusi pendidikanyang terbukti memberikan manfaat bagi kemanusiaan, bagaimanapunproses pencarian pendidikan yang terbaik tak pernah berhenti.
Berbagaifilsafat dan pemikiran terus lahir, serta berinteraksi dengan kondisi sosialyang dialami oleh masyarakat. Sebetulnya, sudah lama bangsa kita mengenal konsep Homeschooling ini, bahkan jauh sebelum sistem pendidikan barat datang. Tengok saja di pesantren-pesantren diperkirakan mulai muncul pada abad ke-15 ketika pertama kali dikembangkan oleh Raden Rahmad alias Sunan Ampel, kemudian muncul pesantren Giri oleh Sunan Giri, pesantren Demak oleh Raden Fatah, dan pesantren Tuban oleh Sunan Bonang.

Selain pesantren muncul pula pola semacam taman siswayang didirikan pada tahun 1922. juga sekolah yang didirikan oleh Muhammad Syafi'i di kayutaman. Sekolah ini punya semboyan "cari sendiri dan kerjakanlah sendiri". Siswa diberi keterampilan untuk membuat sendiri meja dan kursi yang digunakan bagi mereka belajar.
Sayangnya, pemerintah Kolonial Belanda menghancurkan sekolah tersebut.Begitu pula para pendekar, bangsawan atau seniman tempo duluyang mendidik secara pribadi di rumah atau pedepokan masing-masingdari pada sekedar mempercayakan kepada orang lain. Tokoh-tokoh besarseperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, atau Buya Hamka, jugamengembangkan cara belajar dengan sistem persekolahan di rumah, bukan sekedar agar lulus ujian kemudian memperoleh ijazah, namun agar lebihmencintai dan mengembangkan ilmu itu sendiri.

Persekolahan di rumah ini semakin menjadi perhatian dalam dua tahun terakhir ini, antara lain sejak begitu banyaknya orang tua merasakanbahwa suasana pembelajaran di banyak sekolah sering kurang mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak. Akhirnya banyak anakyang stress dan kehilangan kreativitas alamiahnya. Melihat gambaran diatas, mulai berkembang berbagai gagasan daripara pendidik, bagaimana cara menciptakan sekolah yang menyenangkan sekaligus mencerdaskan anak. Lalu memunculkan berbagai macamsekolah alternatif salah satunya homeschooling alias persekolahan di rumah.
Secara etimologis, Homeschooling adalah sekolah yang diadakandi rumah, namun secara hakiki ia adalah sebuah sekolah alternatif yangmenempatkan anak sebagai subyek (kurikulum dan sekolah adalah untukanak) dengan pendekatan pendidikan secara at home. Dengan pendekatanini anak merasa nyaman. Mereka bisa belajar sesuai keinginan dan gayabelajar masing-masing, kapan saja dan dimana saja, sebagaimana iatengah berada di rumahnya sendiri.
Saat ini sistem persekolahan di rumah juga bisa dikembangkanuntuk mendukung program pendidikan kesetaraan. Khususnya terhadap anak bermasalah, seperti anak jalanan, buruh anak, anak suku terasing,sampai anak yang memiliki keunggulan seperti atlet atau artis cilik yangpadat dengan kegiatan mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar